Tuesday 29 December 2015

NABI SAW SENANG DENGAN TURUNNYA MAGFIRAH DAN TERBUKANYA KOTA MAKKAH KETIKA KEMBALI DARI HUDAIBIYAH

Imam Ahmad mengeluarkan hadits dari Anas bin Malik r.a, dia berkata; Kerika turun ayat ini kepada Rasulullah saw;
َ
     Kemenangan (Al-Fatĥ):2 - supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus. (Qs.alfath;2)

    Maka setelah kembali dari. Hudaibiyah Nabi saw bersabda, "Sungguh telah turun kepadaku pada malam ini satu ayat yang lebih aku cintai dari sesuatu yang berada di bumi".

    Kemudian Nabi saw membacakan kepada mereka. Lalu mereka berkata, "Sungguh sangat enek dan menyejukkan, wahai Nabi Allah! Allah swt telah menerangkan apa yang diperbuat kepada engkau, maka apa yang akan diperbuat untuk kami? "

   Lalu turun ayat kepadanya lagi;

"Supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah". (Qs.al Fath;5)

    Dan Imam Bukhori dan Muslim mengeluarkan hadits dari Anas r.a sebagaimana di terangkan dalam kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 4 halaman 183, dan menurut Ibnu Jarir di katakan; 

    "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata". (Qs.al fath; 1)

    Dari Anas r.a berkata; Ayat ini turun kepada Rasulullah saw setelah beliau kembali dari Hudaibiyah. Sungguh mereka telah merekayasa di antara ibadah mereka, lalu mengorbankan hidayah di Hudaibiyah, dan di kalangan para sahabat tercampur perasaan  sedih dan susah, lalu Nabi saw bersabda, "Sungguh telah turun kepadaku ayat yang aku cintai daripada dunia dan seisinya".

   Lalu beliau saw membacakan ayat;
yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus". (Qs.al fath; 1-2)

    Lalu sahabat berkata, "Sejuk sekali untuk engkau,…. " Sebagaimana di sebutkan serupa ini.

    Imam Ahmad mengeluarkan hadits dari Majma' bin Jariyah al Anshari r.a dan dia adalah salah satu qari yang membaca al Quran. Dia menuturkan; Aku menyaksikan perjanjian Hudaibiyah, kemudian kami pergi meninggalkannya kerika orang-orang berlari dengan menggunakan unta-unta mereka. Kemusian orang-orang, satu sama lain saling berkata, Mengapa dengan orang itu? ".

    Mereka berkata, Rasulullah telah menerima wahyu".

    Kemudian kami keluar menuju khalayak dengan cepatnya. Ketika itu Rasulullah saw tengah duduk diatas tunggangannya, lalu orang-orang berkumpul mengerumuninya. Lalu Rasulullah saw membacakan ayat ini;  yang artinya,
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenagan yang nyata".(Qs.al fath; 1)

    Seorang laki-laki dari kalangan sahabat Rasulullah saw berkata, "Wahai Rasulullah! Apa yang telah dibuka? "

    Nabi saw bersabda, "Ya, demi Dzat yang nyawaku berada di kuasaan-Nya, sesungguhnya telah terbuka kota Makkah".

    Lalu dia menyambut hadits dan Abu Daud meriwayatkannya juga di dalam kitab Jihad sebagaimana dalam kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 4 halaman 183.

    Juga Imam Bukhari mengeluarkan hadits ini dari Bara' r.a dia berkata; Mereka kembali ketika terbukanya kota Makkah, sungguh kota Makkah telah terbuka dan kami kembali ketika terbuka Bait Ridwan pada hari Hudaibiyah.

    Lalu dia menyabutkan hadits sebagaimana dalam kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 4 halaman 183. Dan Ibnu Jarir juga mengeluarkan hadits serupa ini dalam  Tafsirnya juz 26 halaman 44 dari Bara' r.a dengan dari Jabir r.a dia berkata, "Tidaklah kami kembali setelah Fathul kecuali pada hari Hidaibiyah

Saturday 19 December 2015

KISAH UMAR R.A BERSAMA NABI SAW PADA HARI HUDZAIFAH (Perjanjian Hudaibiyah)

Imam Bukhari mengeluarkan hadits dalam kitab Tafsir dari Habib bin Abi Sabit r.a, katanya; Aku datang kepada Abu Wail dan aku bertanya sesuatu kepadanya lalu diaenceritakan;  Dulu ketika aku di shifin, seorang laki-laki berkata, "Apakah kalian melihat orang-orang yang mengajak kepada kitabullah? ".

   Maka Ali bin Abi Thalib r.a berkata ,"Benar".

    Sahl bin Hunaif r.a berkata, "Buruk sekali diri kalian, sungguh aku telah melihat pada hari Hudaibiyah (maksudnya pada hari perjanjian Rasulullah saw dengan musrikin). Dan jika kami melihat pertempuran, sungguh kami akan berperang".

    Lalu datang Umar r.a seraya berkata, "Apakah kita dalam golongan yang benar dan mereka dalam kebatilan? Apakah kita mati masuk dalam Jannah dan mereka mati masuk dalam neraka?

    Lalu Nabi saw bersabda, "Benar".

    Umar r. a berkata lagi, "Apakah lami akan diberi dunia dengan agama kami dan kami kembali semasa Allah menghukumi kami?

    Nabi saw bersabda, "Wahai Ibnu Khathab..! sesungguhnya aku Rasulullah dan Allah swt ridak akan menyia-nyiakan aku selamanya".

   Lalu beliau kembali dalam keadaan marah karena tidak sabar, sehingga datang Abu Bakar r.a lalu Umar r.a berkata, "Wahai Abu Bakar. Apakah kita dalam keadaan yang hak dan mereka batil?

    Abu Bakar r.a menjawab, "Wahai Ibnu Khathab! sesingguhnya dia Rasulullah dan Allah swt tidak akan menyia-nyiakan diaselamanya.

    Kemudian turun surat al Fath.

   Imam Bukhari mengeluarkan hadits di dalam tempat yang lain, juga Muslim dan Nasa'i dari jalan yang lain yaitu dari Sahl bin Hunaif r.a dan di dalamnya terdapat perkataan; "Wahai manusia! Jelek sekali pendapat kalian, sedungguhnya aku telah melihat pada hari Abi Jandal r.a seandainya akuampu untuk menolak perintah Rasulullah saw, maka aku akan menolaknya".

    Dan dalam riwayat lain;  lalu turun ayat al Fath, kemudian Rasulullah saw memanggil Umar bin Khathab r.a seraya membacakan ayat ini kepadanya.

   Sebagaimana di terangkan dalam kitab Ibnu Kasir juz 4 halaman 200 


   Dan sudah di kemukakan dalam bab yang lalu, yaitu bab "Dakwah kepada Allah" dalam kisah Shuluh Hudaibiyah dari Imam Bukhari dari jalan MISWAR BIN MAHRAMAH R.A dan MARWAN, di dalamnya di katakan; Abu jandal berkata , "Wahai golongan kaum muslimin.. ! Aku akan menolak orang musrikin dan sesungguhnya aku datang dalam keadaan muslim. Apakah kalian tidak melihat apa yang aku temui? Sesungguhnya dia akan di adzab dengan adzab yang pedih".



   Lalu Umar r.a datang kepada Rasulullah saw dan berkata, "Apakah engkau Nabi Allah yang baik? " 


   Nabi saw menjawab, "Ya".


   Umar r.a berkata, "Apakah kami dalam gololongan yang hak dan musuh kami yang batil? "


   Nabi saw bersabda, "Ya".


    Umar r.a berkata, "Mengapa kami memberikan dunia di dalam kami?"


    Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya aku adalah Rasulullah dan aku tidak akan bermaksiat kepada-Nya karena Dia adalah Dzat yang Maha Penolong".


   Umar r.a berkata, "Apakah engkau dulu pernah bercerita kepada kami, sesungguhnya kita akan datang ke Baitullah dan Thawaf di dalamnya? "


    Nabi saw bersabda, "Ya, apakah aku mengabarkan engkau kalau aku akan datang pada tahun ini?"


    Umar r.a beekata ,"tidak".


    Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya englau akan datang dan Thawaf di dalamnya".


   Lalu Umar r.a datang kepada Abu Bakar r.a dan berkata, "Wahai Abu Bakar! Apakah dia Nabi Allah yang baik?".


   Abu Bakar r.a berkata, "Ya".


   Umar r.a berkata, "Apakah kita hak dan musuh kita batil?".


    Abu Bakar r.a berkata, "Ya".


    Umar r.a berkata, "Mengapa kita memberikan dunia dengan agama?".


   Abu Bakar r.a berkata, "Wahai laki-laki..! Sesungguhnya dia adalah Rasulullah yang hak dan dia tidak akan bermaksiat kepada Rabb-nya yang Dia adalah Dzat Penolong,  lalu berpegang tegulah dengan tali-Nya, maka demi Allah!  Sesungguhnya dia di atas hak!".


    Umar r.a berkata, "Apakah beliau pernah menceritakan kepada kita bahwasanya kita akan pergi ke Baitullah dan Thawaf di dalamnya?".


   Abu Bakar r.a berkata, "Benar. Apakah beliau memberikan kabar kepadamu kalu engkau akan datang pada tahun ini?".


    Umar r.a menjawab, "Tidak".


    Abu Bakar r.a berkata, "Sesungguhnya engkau akan datang kepadanya dan Thawaf di dalamnya".


    Lalu Umar r.a mengerjakan seperti itu. 

KISAH ABDULLAH BIN MASUD BERSAMA ISTRINYA R.A (JIMAT DAN AZIMAT SERTA SIHIR ADALAH SYIRIK)

Imam Ahmad mengeluarkan hadits dari Zainab r.ha, istri Abdullah bin mas'ud r.a, katanya; Dulu Abdullah bin Mas'ud r.a ketika datang hajat, dia pergi ke pintu lalu membuang riak dan meludah, karena dia benci, apabila ada orang yang masuk tanpa izin dengan membawa sesuatu yang di bencinya.

    Aku berkata, "Sesungguhnya telah datang suatu hari hajat".

    Lalu dia berdehem lalu meludah, sedang di dekatku ada seorang yang lemah yang terkena penyakit panas, lalu aku masukkan dia ke bawah tempat tidur.

    Kemudian datang dan duduk di sampingku, lalu dia melihat di leherku teruntai kalung (sejenis jimat), dia bertanya, "Kalung apa ini?"

    Aku menjawab, "Kalung untuk melindungiku (untuk jimat) ".

    Maka Abdullah bin mas'ud r.a mengambil dan memutusnya, lalu dia berkata, "Sesungguhnya keluarga Abdullah tidak butuh pada kesyirikan, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya jimat dan azimat dan sihir adalah syirik".

    Aku berkata kepadanya, "Mengapa mengatakan seperti itu, sesungguhnya kedua mataku sakit lalu aku datang kepada seorang yahudi, kemudian dia memberiku jimat ini supaya mataku sembuh".

    Ibnu Mas'ud r.a berkata, "Karena sesungguhnya itu dari syetan,  dia menancapkan tangannya, maka ketika jimat itu di kalungkan maka akan sembuh matanya. Sesungguhnya akan mencukupi bagimu sesuatu yang aku ucapkan sebagaimana Rasulullah saw mengucapkan, Pergilah penyakit ini kepada Rabbnya manusia, sembuhkanlah..! Sesungguhnya Engkau Dzat yang memberi sembuh, tidak ada yang menyembuhkan kecuali kesembuhan-Mu, kesembuhan yang tidak mendatangkan penyakit lagi".

    Sebagaimana di dalam kitab Ibnu Kasir juz 2 halaman 494.

Friday 18 December 2015

KECINTAAN UMAR DAN MU'AD R.A DI DALAM IMAN

Ibnu Abi Saiban Lalikain mengeluarkan hadits dalam sunahnya dari Abu Dzar r.a, katanya; Dulu Umar r.a mengambil tangan satu orang atu dua orang dari sahabatnya, lalu berkata, "Berdirilah dengan kami untuk menambah iman. "Lalu mereka berdzikir kepada Allah swt.

    Sebagaimana dalam kitab Kanzul Umal juz 10 halaman 207.

    Dan Abu Nuaim mengeluarkan dalam kiatab Hilyah juz 1 halaman 235 dari Aswad bin Hilal r.a, dia berkata;  Dulu kami ber-jalan bersama Muad r.a lalu dia berkata kepadaku, "Duduklah..!  kita beriman sesaat."

MEMPERBARUI IAMAN

    Imam Ahmad dan Thabarani mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah r.a, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, " Perbaruilah iman kalian".

    Dia bertanya, "Wahai Rasulullah, Bagaimana caranya memperbarui iman kami? "

     Nabi saw bersabda, "Perbanyaklah mengucapkan lailaha ilallah".

     Haisami berkata bahwa rijalnya Ahmad tsiqah, dan Mundiri berkata didalam kitab Targhib juz3 halaman 75 bahwa isnadnya Ahmad Hasan.

KECINTAAN ABDULLAH BIN RAWAHAH DI DALAM MAJELIS IMAN

Imam Ahmad mengeluarkan hadits dengan isnad yang bagus dari Anas bin Malik r.a, katanya; Dulu Abdullah bin Rawahah r.a ketika ketemu dengan sahabat Rasulullah saw, dia berkata, "Ke sinilah, mari kita beriman sesaat dengan Rabb kita".

    Suatu hari dia berkata kepada seorang laki-laki seperti itu, lalu laki-laki itu marah dan datang kepada Nabi saw seraya berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah pendapat engkau tentang Abi Rawahah, dia mengajak pergi dari iman kepadamu dengan iman sesaat? ".

    Nabi saw bersabda, "Semoga Allah swt merahmati Ibnu Rawahah..! Sesungguhnya dia telah mencintai majlis yang malaikat berlomba-lomba dengannya."

    Sebagaimana dalam kitab Targhib juz 3 halaman 63. Dan al Hafidh Ibnu Katsir berkata dalam Kitab Bidayah juz 4 halaman 258, hadits ini gharib sekali.

    Haisami berkata dengan isnadnya dari Ath' bin Yasar; Sesungguhnya Abdullah bin Rawahah r.a berkata kepada sahabatnya, "Ke sinilah sehingga kita beriman sesaat".

   Sahabatnya itu berkata, "Apakah kita belum beriman? ".

    Ibnu Rawahah r.a berkata, "Sudah, akan tetapi mengingat Allah swt akan menambah iman kita".

    Dan Imam Abu Qosim Allalikani meriwayatkan dari Shuraih bin Ubaid bahwa Abdullah bin Rawahah r.a  mengambil tangan seorang laki-laki dari temannya lalu berkata, "Berdirilah dengan kami, berimanlah sesaat.

    Lalu kami duduk di majlis Dzikir.

Hadis ini mursal dari dua wajah.

   Imam Thayaliasi mengeluarkan dari Abu Darda' r.a, katanya; Abdullah bin Rawahah pernah mengambil tanganku seraya berkata, "Ke sinilah, berimanlah sesaat. Sesungguhnya hati itu lebih cepat berubah dari pada periuk ketika berkumpul sisa makanan.

    Dan menurut Ibnu Asakir juga darinya, sesungguhnya dia berkata; Dulu, Abdullah bin Rawahah r.a ketika bertemu dengannya, berkata, "Wahai Uwaimir..! Duduklah berdzikir sesaat..! " Kemudian kami duduk dan berdzikir, kemudian dia berkata, "Ini adalah majelis iman, perumpamaan iman adalah semisal baju kurungmu, suatu ketika kamu akan melepasnya ketika engkau memakainya dan suatu ketika kamu akan memakainya ketika melepasnya, sesungguhnya hati lebih cepat berubahnya dari pada periuk yang berkumpul adonan roti".

    Sebagaimana dalam kitab Janzul Umal juz 1 halaman 101.

Thursday 17 December 2015

BEBERAPA PERKATAAN ALI, ABU DARDA' DAN IBNU MAS'UD TENTANG KALIMAT SYAHADAT DAN AHLINYA

Abu Nuaim mengeluarkan hadits dalam Kitab Hilyah dari Ali r.a dia berkata, "Hendaknya manusia lebih fasih lagi dan lebih lagi mengetahui Allah, yaitumelebihkannya lagi cintanya manusia kepada Allah, dan lebih mengagungkannya lagi dengan ahli lailaha ilallah".

    Sebagaimana dalam kitab Kanzul Umal juz 1 halaman 76.

    Dan Abu Nuaim mengeluarkan dalam Kitab Hiyah juz 1 halaman 219 dari Salim bin Abi Ja'di, katanya;  Aku berkata kepada Abi Darda' r.a,"Sesungguhnya Abu Said bin Munabih telah membebaskan 100 bidak".

    Lalu dia berkata, "Sesungguhnya seratus budak sudah dimerdekakan dengan hartanya seorang laki-laki, sungguh itu sudah banyak, dan apabila kamu suka aku akan menceritakan kepada kamu perkara yang lebih utama dari itu; yaitu iman yang tetep pada siang dan malam hari dan dan tidak henti-hentinya lisan berdzikir kepada Allah swt".

    Ibnu Abi Dunya telah mengeluarkan juga dengan isnad yang bagus dari Salim bin Abi Ja'di r.a, katanya; Dikatakan kepada Abu darda' r.a,"Sesungguhnya ada dua laki-laki telah membebaskan budak". Kemudian dia menyebutkan sebagaimana dalam Kitab Targhib juz 3 halaman 55.

    Imam Thabarani mengeluarkan dari Abdullah bin Masud r.a, katanya; "Sesungguhnya Allah swt telah membagikan kepada kalian akhlak-akhlak sebagaiamana Allah telah membagi rizki-rizki kalian. Dan sesungguhnya Allah swt telah memberikan harta kepada orang yang dicintai-Nya maupaun yang tidak dicintai-Nya, tetepi Allah swt memberikan iman kepada orang yang dicintai-Nya, apabial Allah swt mencintai seorang hamba, maka Allah swt akan memberikan kepadanya iaman,  maka barangsiapa yang bakhil dengan harta dari menginfaqkannya, dan lari dari musuh ketika mereka berjihad, dan merasa berat pada malam hari, maka perbanyaklah mengucapkan lailaha ilallah, Allahu Albar, Al Hamdulillah dan Subhanallah".

    Haisami berkata ; "Imam Thabarani telah meriwayatkan secara mauquf dan rijalnya shahih. "Munzdiri berkata; Di dalam kitab Targhib juz 3 halaman 94; Riwayatnya tsiqah dan hadits ini tidak marfu'.
   

SELAMATNYA JAMAAH AHLI SYAHADAT DARI NERAKA

Imam Hakim mengeluarkan hadits dari Rib'in dari Hudzaifah r.a, katanya; Rasulullah saw bersabda, "Islam akan hilang sebagaimana hilangnya kotoran dari pakaian, maka tidak akan di temukan lagi apa itu shaum dan apa itu sedekah dan apa itu ibadah, dan akan di hilangkan kitabullah pada malam hari, maka tidak tersisa di bumi ini darinya satu ayat pun,  sehingga satu golongan dari manusia, seorang yang tua renta dan lemah berkata, 'Aku menemukan dari bapak-bapakku kalimat "' Lailaha ilallah"', lalu kami mengucapkannya".

   
     Shilah r.a bertanya, "Apakah tidak mencukupi dari mereka ucapan lailaha ilallah, sedang mereka tidak mengetahui apa itu shaum dan sedekah dan ibadah? ".

    Lalu Hudzaifah r.a berpaling dari dia. Shilah kemudian mengulang-ulang pertanyaan itu kepada Rasulullah saw  sampai tiga kali,  numun beliau selalu berpaling,. Baru kemudian beliau menghadap kepada Shilah seraya bersabda, "Wahai Shilah, mereka akan selamat dari neraka, mereka akan selamat dari neraka,  mereka akan selamat dari neraka".

  
    Hakim berkata; Hadits ini shahih atas syarat Muslim dan keduanya tidak mengeluarkan". Dahabi berkata; Atas syarat Muslim".

Wednesday 16 December 2015

KAMU AKAN MENYESAL KALAU TIDAK MEMBACANYA,,,!!! KELUARNYA AHLI SYAHADAT DARI NERAKA

Imam Thabarani mengeluarkan hadits dari Abi Musa r.a, dia berkata; Rasulullah saw bersabda, "Ketika ahli neraka berkumpul di dalam neraka dam bersama mereka ada seseorang dari ahli Qiblah. Maka orang-orang kafir itu berkata kepada kaum muslimin, "Apakah kalian orang-orang muslim? "

    Mereka menjawab,  "Yaa."

    Orang kafir menjawab, "Apakah Islam tidak mencukupi kalian, sehingga kalian bersama kami di neraka? "

    Mereka menjawab, "Karena kami memiliki dosa, lalu kami di ambil dan di letakan di dalam neraka".

    Lalu Allah swt mendengar apa yang mereka katakan, kemudian Allah swt memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk mengeluarkan ahli Qiblah itu. Ketika orang-orang kafir melihat seperti itu, mereka berkata, "Andai kata aku jadi orang muslimin,  maka aku akan dikeluarkan sebagaimana mereka di keluarkan".

   Kemudian Rasulullah saw beraabda, " aku berlindung kepada Allah dari syetan yang terkutuk (ta'awudhu).;

الر٠ تِلْكَ أَايَتُ الْكِتَبِ وَقُرْأَانٍ مُّبِينٍ رُّبَمَا ،١،
يَوَدُّالَّذِ ينَ كَفَرُوالَوْ كا نُوامُسْلِمِينَ ،٢،

    Alif, laam, raa. (Surat) ini adalah (sebagian dari) ayat-ayat al Kitab (yang sempurna),yaitu (ayat-ayat) al Quran yang memberikan penjelasan. Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim". (Qs. al Hijr; 1-2)

    Imam Abnu Abi Khatim juga telah meriwayatkan hadits yang serupa tetepi di dalamnya ada Basmalah sebagai ganti dari ta'awud.

    Thabarani dari Anas r.a berkata, Sesungguhnya manusia dari ahli laillaha ilallah ada yang masuk neraka karena dosa-dosanya, Kemudian ahli Lata dan 'Uzza berkata kepadanya, 'Apakah perkataan lailaha illallah tidak mencukupi (tidak bisa menyelamatkan) kalian, sehingga kalian sekarang di neraka bersama kami?' Lalu Allah swt marah kepada mereka, kemudian Allah swt mengeluarkan mereka, kemudian di jatuhkan kedalam sungai kehidupan lalu mereka sembuh dari luka bakar sebagaimana terlepasnya rembulan dari gerhananya lalu mereka dimasukan ke dalam Jannah dan di beri nama, dengan nama Jahanamiyun.

   Imam Ahmad telah mengeluarkan dari Abi Said al Khudri r.a melalui sebagian jalan yang lain hadits serupa ini. Di dalam riwayatnya dikatakan; Lalu mereka diberi nama di dalam Jannah dengan nama Jahanamiyun karena sangat hitam wajahnya.  Lalu mereka berkata; "Yaa Allah..! Hilangkanlah nama ini dari kami". Lalu Allah swt memerintahkan mereka supaya mandi di dalam sungai di dalam Jannah, lalu hilanglah nama itu dari mereka.

    Sebagaimana diterangkan didalam Kitab Tafsir Ibnu Kasir juz 2 halaman 546.

KALIMAT SYAHADAT AKAN MELEBUR DOSA-DOSA ORANG YANG BERSUMPAH BOHONG

Imam Bazaar mengeluarkan dari Anas r.a dia berkata; Rasulullah saw bersabda, "Wahai fulan..! Kerjakanlah seperti ini, seperti itu… "

    Si Fulan tadi berkata, "Tidak, demi Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, aku tidak akan mengerjakannya. "

     Sedangkan Rasulullah saw mengetahui,  sesungguhnya dia telah mengerjakannya.  Lalu Nabi saw mengulang-ulang kalimat tadi, lalu bersabda, "Kalimat syahadat akan melebur dosamu dengan kejujuranmu bahwa tidak ada tuhan selain Allah. "

     Haisami berkata bahwa Imam Bazaar dan Abu Ya'la telah meriwayatkan dengan semisalnya, kecuali perkataan; Sesungguhnya dia berkata, Allah akan melebur dosa kamu dari kebohonganmu, dengan cara kamu membetulkan kalimat; Sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah."' Rijal keduanya adalah rijal yang shahih. Dan dia berkata di dalam kitab Hamisi dari Ibnu Hajar bahwa di dalamnya terdapat Haris bin Ubaid Abu Qadamah, dia itu banyak mungkarnya, dan hadis ini sebaian dari kemungkarannya.

    Imam Bazaar telah menyabutkan dengan sendirian. Dan menurut Thabarani dari Ibnu Zubair bahwa hadisnya marfu', sesungguhnya seorang laki-laki bersumpah dengan nama Allah dengan mengucapkan, "Tidak ada tuhan selain Dia" sedangkan dia bersumpah bohong, maka dia akan di ampuni. Haisami berkata; Rijalnya shahih".

Tuesday 15 December 2015

NABI SAW MEMBERIKAN KABAR GEMBIRA KEPADA SAHABATNYA YANG BERADA DI TANAH KADIID

Imam Ahmad mengeluarkan hadits dari Rifaah al Juhaini r.a, dia berkata; Dulu kami pernah bersama-sama dengan Rasulullah saw hingga sampai di tanah Kadiid atau tanah Qudaid, lalu datang beberapa orang laki- laki yang meminta izin kepada Rasulullah saw untuk pergi ke keluarganya, dan Nabi saw pun memberikan izin kepada mereka.

    Kemudian Rasulullah saw berdiri,  memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian bersabda, "Tidaklah aku peduli, kepada beberapa laki-laki yang berada di sebagian pohon yang menyandingi Rasulullah saw, yang lebih benci kepada mereka daripada yang sebagian yang lain. "

     Tidaklah aku melihat seorang pun dari mereka, kecuali mereka sedang menangis. Lalu seorang laki-laki berkata, "sesungguhnya orang yang meminta izin setelah ini adalah orang yang safih (kurang akalnya).

     Nabi saw besabda, " Memujilah kepada Allah dan berkatalah yang baik-baik." Kemudian Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya tidak akan mati seorang hamba yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan aku adalah utusan-Nya dengan membenarkan di dalam hatinya, dan memegangnya dengan teguh, kecuali ia akan memasuki Jannah."

     Nabi saw bersabda lagi, "sungguh telah berjanji akan memasukan ke dalam Jannah, 70 ribu orang dari umatku, yang tidak akan dihisab dan diazab.  Dan aku beharap kalian termasuk di dalamnya,  maka tegakkanlah kalimat itu. Dan barangsiapa berbuat baik kepada bapak-bapak kalian dan istri seta anak-anak kalian, maka mereka akan di tempatkan di dalam Jannah."

     Haisami berkata, "Imam Ahmad telah meriwayatkannya, dan menurut Ibnu Hibban, dia telah meriwayatkan sebagian, dan seluruh rijalnya tsiqah." Imam Darami,  Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Thabarani telah mengeluarkannya dengan panjang, sebagaimana di dalam kitab Kanzul Umal juz 5 halaman 287. Dan di dalam riwayat mereka di katakan;  Lalu Abu Bakar r.a berkata, "sesungguhnya seseorang yang meminta izin kepadamu setelah itu adalah orang yang bodoh (kurang akal)."

NABI SAW MEMBERIKAN KABAR GEMBIRA BAGI SAHABATNYA R.A YANG MENGUCAPKAN KALIMAT SYAHADAT DI DALAM MAJELIS, BERSAMANYA

Ahmad mengeluarkan hadits dari Ya'la bin Sadad r.a dia menuturkan bahwa Syadaad dan Ubadah bin Shamid r.a menceritakan kepadanya; Dulu ketika kami di samping Rasulullah saw beliau bertanya, "Apakah ada di kalangan kalian orang yang asing? "--maksudnya ahlul kitab--

     Kami menjawab, "Tidak ada, wahai Rasulullah. "

     Kemudian beliau memerintahkan untuk mengunci pintu, lalu bersabda, "Angkatlah tangan kalian semua dan ucapkanlah; Tidak ada tuhan selain Allah. "

     Lalu kami mengangkat tangan kami sesaat, kemudian Rasulullah saw meletakkan tangannya di atas tangan kami seraya bersabda, " segala puji bagi Allah,  yaa Allah,  sesungguhnya Engkau telah mengutusku dengan kalimat ini dan Engkau telah memerintahku dengannya dan Engkau telah menjanjikanku atasnya Jannah dan sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang tidak pernah mengingkari janji."

     Kemudian beliau bersabda, "Aku akan memberikan kabar kepada kalian.  Sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa kalian."

     Haisami berkata, "Imam Ahmad, Thabarani dan Bazaar telah mengeluarkan hadits tersebut dan rijalnya tsiqah

KISAH ALQOMAH AL ARABI R.A YANG PAHAM

Ibnu Asakir mengeluarkan hadits dari Anas R.a katanya; Ada seorang Arabi yang tua, dia adalah Alqomah bin Ulatsah r.a dia datang menemui Rasulullah saw lalu berkata, "Wahai Rasulullah!  sesungguhnya saya orang yang sudah tua renta dan tidak kuat untuk belajar Al-Quran, akan tetepi saya bersaksi, sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang hak. "

      Maka ketika laki-laki tadi sudah selesai bicara Nabi saw bersabda, "Engkau laki-laki yang paham atau engkau orang yang faham dari sahabat kalian. "

     sebagaimana di terangkan didalam kitab Kanzul Umal juz 1 halaman 70, Imam Kharaitin juga mengeluarkannya kitab Makarimil Ahklak demikian juga Daruqudi dalam kitab Af Rad dari hadisnya Anas r.a dan isnadnya dhoif sekali,  sebagaimana didalam kitab Ishabah juz 2 halaman 503.

KETERANGAN USTMAN R.A TENTANG HARAM MASUK NERAKA BAGI ORANG YANG MENGUCAPKAN KALIMAT SYAHADAT

Ahmad mengeluarkan hadits dari Ustman bin Affan R.a dia menuturkan; Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat, tidaklah seorang hamba yang mengicapkan kalimat itu dengan hak di dalam hatinya kecuali akan di haramkan masuk neraka. "

      Umar bin Khathab r.a berkata, "Apakah kamu mau aku menceritakan kalimat itu? Ialah kalimat ikhlas yang Allah telah menetapkan kalimat itu untuk Muhammad dan sahabatnya, yaitu kalimat takwa yang Nabi Allah telah menawarkan kalimat itu kepada pamannya, yaitu Abu Tholib ketika menjelang kematiannya; barangsiapa yang bersaksi sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah. "

     sebagaimana di dalam kitab Majma' juz 1halaman 15. Dan Imam Abu Ya'la, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hiban dan selainnya telah mengeluarkan hadits ini,  sebagai mana di dalam kitab Kanzul Umal juz 1 halaman74.

Monday 14 December 2015

NABI SAW MEMBERIKAN KABAR GEMBIRA DENGAN JANNAH KEPADA ORANG YANG MENINGGAL DUNIA YANG TIDAK MENYEKUTUKAN ALLAH DENGAN SESUATU PUN

Bukhori dan muslim mengeluarkan hadits dari Abu Dzar r.a, katanya;  Pada suatu malam aku keluar, ketika itu Rasululah saw sedang berjalan sendirian dan tidak ada seorang pun yang bersamanya. Aku berkata dalam hati, "Nampaknya beliau sedang tidak suka ditemani.
     
      Aku pun berjalan di bawah perlindungan bulan, lalu Beliau saw menoleh ke arahku seraya bertanya, "siapakah itu? ".

      Aku menjawab,  "Abu dzar..!  Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan. "

      Nabi saw bersabda, "Wahai Abu Dzar..!  Ke sinilah..!!

      Lalu aku berjalan bersamanya sesaat, Nabi saw berkata, "sesungguhnya orang yang mempunyai harta, mereka adalah orang yang tidak mempunyai pahala pada hari kiamat kecuali seseorang yang Allah beri kepadanya kebaikan,  lalu dia memberikan  harta itu dengan tangan kanan dan kirinya dan di antara kedua tangannya dan belakangnya serta beramal kebaikan dengannya. "

      Aku pun berjalan bersama Beliau saw sebentar, lalu Beliau bersabda kepadaku, "Duduklah di tempat ini. "

      Maka aku pun duduk di sebelah tempat yang luas yang sekelilingnya ada bebatuan, lalu Beliau bersabda lagi, "Tetaplah di sini sehingga aku kembali kepadamu. "

      Kemudian beliau pergi kedalam tempat yang banyak batu hitam, sehingga aki tidak melihatnya lagi, aku pun duduk sangat lama,  kemudian aku mendengar beliau bersabda, "Walaupun orang yang berzina dan mencuri. "

      Ketika beliau datang aku sudah tidak sabar lagi,  lalu aku berkata, Wahai Nabi Allah..!  Semoga Allah menjadikan saya sebagai tebusan,  siapa yang berbicara di balik batu tadi?  Saya tidak melihat seorang pun yang kembali kepada tuan dengan sesuatu. "

      Nabi saw bersabda, "Dia adalah Jibril a.s yang nenawarkan kepadaku di balik batu itu, lalu dia berkata, "Berikan kabar gembira kepada umatmu, barangsiapa yang mati tidak menyekutukan Allah dengan sedikit pun maka masuk Jannah, " lalu aku berkata, "Wahai Jibril..! Wlaupun dia berzina dan mencuri? 'Jibril a.s menjawab, "Betul. "

     Aku bertanya, "Wahai Rasululah,  walaupun berzina dan mencuri? "

     Nabi saw menjawab, "Benar. "

     Aku bertanya lagi, "Walaupun berzina dan mencuri? "

     Nabi saw menjawab,  "Benar, walaupun meminum khamr. "

    Sebagaimana di terangkan dalam kitab Jami'ul Fawaid juz 1 halaman 7. Perawi berkata, "Dan keduanya telah menambahi berserta Imam Turmizdi di dalam yang lain dengan semisalnya, di dalam ucapan yang keempat, "Agak memaksa Abu Dzar r.a.

BAB IMAN// NABI SAW MEMBERIKAN KABAR GEMBIRA DENGAN JANNAH KEPADA ORANG YANG BERSAKSI SESUNGGUHNYA TIDAK ADA TUHAN SELAIN ALLAH DENGAN YAKIN DI DALAM HATINYA

Imam Muslim mengeluarkan hadits dari Abu Hurairah r.a bahwa dia menceritakan: Suatu ketika kami duduk di sekitar Nabi SAW dan bersama kami ada Abu Bakar dan Umar r.a di dalam sebuah perkumpulan, lalu Rasulullah Saw berdiri dan meninggalkan kami,  tiba-tiba aku merasa khawatir kalu-kalau terjadi sesuatu kepadanya, maka aku pun terperanjat dan berdiri. (Akulah orang yang mula-mula terperanjat). Lalu aku keluar untuk mencari Rasulullah saw sehingga aku mendatangi tembok milik orang Anshar dari bani Najar. Aku memutar untuk mencari pintu masuk, tetepi tidak menemukannya. Tiba-tiba aku melihat seekor kancil yang masuk melalui sebuah lubang dari tembok dari tempat air yang mengalir. Maka aku pun masuk melalui lubang itu, kemudian aku menemukan Rasulullah saw.
          Rasulullah saw berkata, "Abu Hurairah-kah? ".
           Aku berkata, "Benar, ya Rasulullah. "
            Nabi saw bertanya, "Bagaimana keadaanmu? "
            Aku menjawab, " Ketika tuan berada di depan kami,  kemudian engkau berdiri dan meninggalkan kami, tiba-tiba aku merasa khawatir kalau-kalau terjadi sesuatu kepada tuan, maka saya terperanjat dan saya adalah orang yang pertama kali terperanjat, lalu saya mendatangi tembok ini dan saya masuk seperti masuknya kancil,  sedangkan mereka -- orang-orang -- berada di belakangku. "
           Nabi saw bersabda, "Wahai Abu Hurairah. "-- Beliau saw memberikan kedua sandalnya kepadaku. -- "Pergilah dengan membawa kedua sandalku, maka barang siapa yang bertemu denganmu dari belakang tembok ini, yang bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada ilaah (yang berhak disembah) selain Allah dengan meyakini di dalam hatinya maka berikanlah kabar gembira kepadanya dengan Jannah. "
           Orang yang pertama kali bertemu denganku adalah Umar r.a, lalu Umar r.a bertanya, "sandal ini milik siapa? "
           Aku menjawab, "Sandal ini milik Rasululah saw, beliau mengutusku untuk membawa kedua sandal ini, barang siapa yang bertemu denganku yang bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada yang di sembah selain Allah dan meyakini di dalam hatinya maka aku di suruh memberikan kabar gembira kepadanya dengan Jannah. "
           Mendengar hal itu Umar r.a  memukul dadaku dengan tangannya hingga aku jatuh tertelungkup. Lalu Umar r.a berkata, "Pergilah!! "
           Aku pun kembali kepada Rasululah saw sambil menangis dan aku membenci Umar, sedang ketika itu ia adalah orang kaya.
           Maka Rasululah saw  bertanya kepada Umar r.a ," Wahai Umar, apa yang mendorong egkau berbuat seperti itu? ".
           Umar menjawab, "Ya Rasululah, demi bapak dan ibuku, apakah engkau mengutus Abu Hurairah dengan membawa dua sandal engkau dan mengatakan barangsiapa yang bertemu dengannya yang bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah selain Allah dengan meyakini di dalam hatinya, maka engkau memberikan kabar gembira kepadanya dengan Jannah?"
          
           Nabi saw bersabda, "Benar. "
          
           Umar r.a berkata, "janganlah seperti itu. Sesungguhnya saya takut kalu manusia hanya mengandalkan dengan itu saja dan mereka tidak akan beramal. "
            Lalu Nabi saw bersabda, " Beramallah. "

sebagaimana di terangkan di dalam kitab Jam'ul Fawaid juz 1 halaman 7.

Thursday 8 October 2015

tata cara mandi Besar (junub)

MANDI WAJIB - JUNUB
Tatacara dan urutanya;

1.□ Niat, Sebagaimana hadits dari ‘Umar bin Al Khattab, Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bismillah, Niat mandi wajib - junub membersihkan hadats besar karena Allah ta'ala (dalam hati) boleh dengan bahasa indonesia

2.□ Mencuci tangan sebanyak tiga kali

3.□ Mencuci kemaluan/kotoran dengan tangan kiri tangan kanan menyiram dengan air

4.□ Mencuci tangan kiri setelah digunakan membersihkan kemaluan/kotoran dengan cara mengosakan ketanah/lantai atau dengan menggunakan sabun

5.□ Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat  

6.□ Mengguyur air pada kepala sebanyak tiga kali hingga sampai ke pangkal rambut

7.□ Memulai mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri

8.□ Menyela-nyela rambut

9.□ Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri selanjutnya mandi seperti biasa menyela nyela mengosok lekuk tubuh bisa menambahkan dengan sabun sampo

Setelah mandi wajib - junub apakah harus berwudhu lagi?

-Jawaban nya;
Jikalau selama mandi tidak melakukan hal hal yg membatalkan wudhu maka tak usah wudhu lagi

Dalilnya hadits,

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ لاَ يَتَوَضَّأُ بَعْدَ الْغُسْلِ

Dari ‘Aisyah, ia berkata, “Nabi ﷺ tidak berwudhu setelah selesai mandi.” (HR. Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, Ahmad)

Dalam Riwayat Ibnu ‘Umar,

سُئِلَ عَنِ الْوُضُوءِ بَعْدَ الْغُسْلِ؟ فَقَالَ:وَأَيُّ وُضُوءٍ أَعَمُّ مِنَ الْغُسْلِ؟

Beliau ditanya mengenai wudhu setelah mandi. Lalu beliau menjawab, “Lantas wudhu yang mana lagi yang lebih besar dari mandi?” (HR. Ibnu Abi Syaibah secara marfu’ dan mauquf)

Maksudnya; Hadats besar saja bersih apalagi hadats kecil

Kecuali batal wudhu nya maka silahkan berwudhu diakhirnya

semoga bermanfaat



Saturday 5 September 2015

22.Sarat-doamu DI KABULKAN

Agar doa kita dikabulkan Allah

●1. Berdoa hanya kepada Allah saja; dengan ikhlash (menjauhi segala bentuk kesyirikan dalam berdoa)

》Allah berfirman:

ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina

(Ghaafir: 60)

》Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…

(Al-Bayyina: 5)

Allah berfirman:

قُلِ اللَّهَ أَعْبُدُ مُخْلِصًا لَّهُ دِينِي

Katakanlah: “Hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku”.

(Az-Zumar: 14)

Dan seorang MUSLIM, paling tidak membaca firmanNya berikut 17x dalam sehari:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

HANYA KEPADAMU KAMI BERIBADAH, dan hanya kepadamu kami memohon pertolongan

(Qs Al Faatihah: 5)

Maka dalam hal ini,

1. Kita diperintah untuk berdoa kepada Allah, dan tidak berdoa kepada selainNya, tidak pula menyertakan sekutu bagiNya ketika berdoa.

2. Orang-orang yang menyombongkan diri untuk berdoa (menyembah) kepada Allah, maka ia diancamkan neraka.

3. Termasuk orang-orang yang menyombongkan diri adalah orang-orang yang tidak pernah menyembah Allah, tidak pernah berdoa kepadaNya, serta merasa cukup pada dirinya sendiri.

4. Termasuk pula orang-orang yang menyombongkan diri adalah orang-orang yang menyembah selain Allah. Yaitu menyeru kepada malaikat, menyeru kepada nabi-nabi, menyeru kepada orang-orang shalih atau dianggap shalih, menyeru kepada kuburan, menyeru kepada dewa-dewa, patung-patung, dan lain-lain.

5. Termasuk pula orang-orang yang menyombongkan diri adalah orang-orang yang menyembah Allah, tapi menyertakan sesembahan lain selainNya. Yaitu, disamping ia berdoa kepada Allah, ia pun berdoa kepada selainNya.

6. Adapun orang yang benar dalam berdoa adalah orang yang hanya berdoa kepada Allah saja, tidak berdoa kepada selainNya, tidak pula mengadakan sekutu bagiNya ketika berdoa, tidak pula ia berdoa hanya untuk dilihat atau didengar manusia atau untuk mencari popularitas, kekayaan, kekuasaan dll. Namun ia berdoa karena kebutuhannya kepada Allah, ikhlash karenaNya.

●2. Berdoa dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam

Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa yang membuat perkara baru dalam urusan kami ini yang tidak ada perintahnya maka perkara itu tertolak”.

(HR. Bukhariy)

Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada dasar dari kami maka amalan itu tertolak.”

(HR. Muslim)

Dalam berdoa kita harus menempuh CARA YANG BENAR, sebagaimana dituntunkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam. Sesungguhnya tuntutnannya dalam beragama TELAH TERCUKUPI. Tidak perlu bagi kita MENG-ADA-ADAKAN TATA-CARA tersendiri, sehingga kita menyelisihi beliau, dan merasa berbuat lebih baik dari beliau. Wallahul Musta’aan.

●3. Berdoa dengan serius, bersungguh-sungguh dan membesarkan harapannya

Rasulullah bersabda:

إِذَا دَعَوْتُمُ اللهَ فَاعْزِمُوْا فِي الدُّعَاءِ

“Apabila seseorang dari kamu berdoa kepada Allah, maka bersungguh-sungguhlah

وَلا يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ

dan JANGANLAH ia mengucapkan :

إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِيْ

“Jika engkau menghendaki, maka berilah aku”

فَإِنْ اللهَ لا مُسْتَكْرِهَ لَهُ

karena Sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksa-Nya”

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 7026; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

Dalam riwayat Muslim:

وَلَكِنْ لِيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلْيُعَظِّمْ الرَّغْبَةَ فَإِنَّ اللَّهَ لَا يَتَعَاظَمُهُ شَيْءٌ أَعْطَاهُ

“…akan tetapi hendaklah ia serius dalam meminta dan besarkanlah pengharapannya, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan”

(HR. Muslim)

●4. Berdoa dengan keadaan YAKIN akan dikabulkan doa tersebut

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالْإِجَابَةِ

“Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan”

[at Tirmidziy, dihasankan syakh al-albaaniy dalam shahiih at tirmidizy (no. 3479)]

●5. Berdoa dalam keadaan khusyu’/fokus, yaitu dengan hati yang tidak lalai, merendahkan diri, rasa takut tidak dikabulkan, dan rasa harap dikabulkan doa

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاه

“dan ketahuilah bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.”

[at Tirmidziy, dihasankan syakh al-albaaniy dalam shahiih at tirmidizy (no. 3479)]

Allah berfirman tentang keluarga Zakariyya ‘alayhis salaam:

وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.

(Al-Anbiyaa: 90)

●6. Berdoa pada waktu yang mustajab, atau kondisi yang mustajab

Berkaitan dengan WAKTU yang mustajab

○SEPERTIGA MALAM

Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كُلِّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخَرُ ، فَيَقُولُ

“Rabb kita turun pada setiap malam ke langit dunia saat tersisa sepertiga malam yang terakhir. Lalu Ia berfirman :

مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ ؟

‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku? niscaya akan Aku kabulkan, siapa saja yang meminta kepada-Ku? niscaya akan Aku berikan. Siapa saja yang meminta ampun kepada-Ku? niscaya akan Aku ampuni”

(HR. Bukhariy)

○PADA HARI JUM'AT

Rasulullah bersabda:

فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا ، إِلَّا أَعْطَاهُ

“Pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidak ada seorang muslim pun yang bertepatan berdiri melakukan shalat dan memohon kepada Allah kebaikan, kecuali Allah akan memberikannya”. Beliau berisyarat dengan tangannya. Kami (perawi) mengartikan bahwa beliau mengisyaratkan sebentarnya waktu itu

(HR. Bukhariy)

Dalam kesempatan lain beliau bersabda:

يَوْمُ الْجُمُعَةِ ثِنْتَا عَشْرَةَ يُرِيدُ سَاعَةً ، لا يُوجَدُ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إلا أَتَاهُ اللَّهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari Jum’at itu ada 12  maksudnya adalah 12 jam yang tidaklah seorang seorang muslim didapati sedang meminta (berdoa) sesuatu kepada Allah ta’ala kecuali Allah ‘azza wa jalla akan mengabulkannya. Maka, carilah ia di akhir waktu setelah ‘Ashar”.

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 1048 dan An-Nasaa’iy 3/99-100. Dishahihkan oleh Al-Albaniy, dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/290; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○BULAN YANG RAMADHAN

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ لِلَّهِ عُتَقَاءَ فِي كُلِّ يَوْمٍ ، وَلَيْلَةٍ لِكُلِّ عَبْدٍ مِنْهُمْ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ

“Sesungguhnya setiap hari [dibulan ramadhan, ed]Allah membebaskan (beberapa hamba-Nya yang muslim dari api neraka) dari api neraka. Setiap muslim yang berdoa (di waktu tersebut) pasti akan dikabulkan”.

[Diriwayatkan oleh Ahmad 2/254 dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 8/257; dishahihkan oleh Al-Arnauth dalam ta’liq-nya atas Musnad Ahmad; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

BERKAITAN DENGAN KONDISI

○Saat terbangun pada malam hari, dari tidur yang sebelumnya dalam keadaan suci

Rasulullah bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيتُ عَلَى ذِكْرِ اللَّهِ طَاهِرًا فَيَتَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ , فَيَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ , إِلَّا أَعْطَاهُ

“Tidaklah seorang muslim yang tidur dalam keadaan berdzikir lagi suci, lalu ia terbangun di malam hari dan memohon (berdoa) kepada Allah kebaikan dunia dan akhirat, niscaya Allah akan memberikannya”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 5042, An-Nasa’iy dalam ‘Amalul-Yaum wal-Lailah no. 805-806, Ibnu Majah no. 3881; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Abi Dawud 3/239; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

Dalam kesempatan lain beliau bersabda:

مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ

Barangsiapa yang terbangun dimalam hari, kemudian mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،

Laa ilaaha illallah, wahdahu laasyariikalah

Tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya

لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.

Lahul mulku wa lahul hamdu, wahuwa ‘ala kulli syay-in qadiir

Milik-Nya kerajaan dan milik-Nya segala puji dan Dia Maka Kuasa atas segala sesuatu.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ،

subhanallah, wal hamdulillah, wa laa ilaaha illallah wallahu akbar

Maha Suci Allah, dan segala puji hanya milik Allah, dan tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah, dan Allah Maha Besar

وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ،

wa laa hawla wa laa quwwata illa billah

Dan tidak ada daya upaya (untuk melakukan ketaatan) dan tidak ada kekuatan (untuk meninggalkan kemaksiatan) kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

—-

ثُمَّ قَالَ

Kemudian berkata:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Allahummaghfirliy

Ya Allah, Ampunilah aku…

(dalam riwayat lain:

رَبِّ اغْفِرْلِيْ

rabbighfirliy

Ya rabbku, ampunilah aku!
)

غُفِرَ لَهُ

Maka (dosanya) diampuni

أَوْ دَعَا

atau berdoa

اسْتُجِيبَ لَهُ

Maka akan diijabah doanya

فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

Jika ia berwudhu kemudian shalat, maka shalatnya diterima.

(HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baarii 8/237, Muslim 1/530, Tirmidziy, Ibnu Maajah, Abu Dawud, Ahmad, ad Darimiy dan lainnya)

○Saat adzan dikumandangkan

Rasulullah bersabda:

ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّ : مَا تُرَدَّانِ : الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ

Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak : “Doa saat adzan……”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2540 dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/108]

○Antara adzan dan iqamah

Rasulullah bersabda:

لا يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Tidaklah ditolak doa yang diucapkan antara adzan dan iqamat”.

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 521 dan At-Tirmidziy no. 212; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 1/156; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○Saat sujud

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

أقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ؛ فَأَكْثِرُوْا الدُّعَاءَ

“Kondisi seorang hamba paling dekat dengan Robnya tatkala ia sujud, maka perbanyaklah doa”

(HR Muslim no 215)

Beliau juga bersabda:

وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِي الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ

Saat sujud, sungguh-sungguhlah dalam berdo’a, kemungkinan besar do’amu dikabulkan’,”

(HR Muslim [479])

Sujud disini TIDAK DIKHUSUSKAN sujud terakhir, maka TIDAK BOLEH kita mengkhususkannya di sujud terakhir.

○Saat diguyur hujan

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ثنتان ما تردان … وَتَحْتَ الْمَطَرِ

“Ada dua hal yang tidak akan ditolak : … dan saat diguyur hujan”

[Diriwayatkan oleh Al-Haakim 2/124, Al-Baihaqiy 3/360, Abu Dawud no. 2540, dan Ar-Ruwiyaaniy no. 1047; dihasankan oleh Al-Albaniy dalam Shahiihul-Jaami’ no. 3078; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○Saat mendengar ayam jantan berkokok dimalam hari

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

إِذَا سَمِعْتُمْ صِيَاحَ الدِّيَكَةِ مِنَ اللَّيْلِ ، فَإِنَّمَا رَأَتْ مَلَكًا ، فَسَلُوا اللَّهَ مِنْ فَضْلِهِ ،

“Apabila kalian mendengar ayam jantan berkokok di waktu malam, maka mintalah anugrah kepada Allah, karena sesungguhnya ia melihat malaikat.

وَإِذَا سَمِعْتُمْ نُهَاقَ الْحِمَارِ ، فَإِنَّهُ رَأَى شَيْطَانًا ، فَتَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ

Namun apabila engkau mendengar keledai meringkik di waktu malam, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari gangguan syaithan, karena sesungguhnya ia telah melihat syaithan”.

[Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dalam Shahih-nya no. 3303 dan Al-Adabul-Mufrad no. 1236 serta Muslim no. 2729; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○Saat memejamkan mata orang yang meninggal dunia

Dari Ummu Salamah ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam masuk menemui Abu Salamah (yang telah meninggal) dimana matanya masih dalam keadaan terbuka. Lalu beliau memejamkannya, dan bersabda :

إِنَّ الرُّوحَ إِذَا قُبِضَ تَبِعَهُ الْبَصَرُ

“Sesungguhnya ruh itu jika dicabut akan diikuti oleh mata”.

Kemudian sejumlah orang dari anggota keluarganya ribut. Beliau pun lantas bersabda :

لا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلا بِخَيْرٍ فَإِنَّ الْمَلائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ

“Janganlah kalian mendoakan diri kalian kecuali kebaikan. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan…”.

[Diriwayatkan oleh Muslim no. 1920, Ahmad 6/297, dan Al-Baihaqiy 2/334; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○Saat minum air zam-zam

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

زَمْزَمُ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“Air zamzam itu menurut apa yang diinginkan peminumnya”.

[Diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 3062 dan Ahmad 3/357; dihasankan oleh Ad-Dimyaathiy dan dishahiihkan oleh Syaikh al-Albaaniy]

○Saat wukuf di arafah

خَيْرُ الدُّعَاءِ يَوْمَ عَرَفَةَ

“Sebaik-baik doa adalah doa (yang dipanjatkan) pada hari ‘Arafah”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 5042, An-Nasa’iy dalam ‘Amalul-Yaum wal-Lailah no. 805-806, Ibnu Majah no. 3881; dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Abi Dawud 3/239; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

○Saat bertemunya dua pasukan di medan perang

ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّ : مَا تُرَدَّانِ : … وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Ada dua hal yang tidak akan ditolak atau jarang ditolak : “…..dan ketika perang saat dua pihak saling menyerang”

[Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2540 dan dishahihkan oleh Al-Albaniy dalam Shahih Sunan Abi Dawud 2/108; Sumber: http://abul-jauzaa.blogspot.com/2010/01/waktu-waktu-mustajab-untuk-berdoa.html%5D

BERKAITAN DENGAN ORANG-ORANG yang MENDOAKAN YANG MUSTAJAB DOANYA

■Doa seorang musafir, seorang yang dizhalimi, dan doa orang tua kepada anaknya

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَهُنَّ لاَ شَكَّ فِيْهِنَّ دَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْوَالِدَيْنِ عَلىَ وَلَدِهِمَا

“Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kedua orang tua kepada anaknya.”

(Diriwayatkan oleh Al Bukhari dalam Al Adabul Mufrod no. 32. Dikatakan hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Adabul Mufrod no. 24; http://www.rumaysho.com/belajar-islam/amalan/3416-doa-orang-tua-pada-anaknya-doa-mustajab.html)

■Doa seorang bertaqwa

Allah berfirman:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima (ibadah) dari orang-orang yang bertakwa”.

(Al-Maaida: 27)

■Doa seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ ، لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ

Akan datang kepada kalian Uwais bin ‘Amir bersama pasukan perang penolong dari penduduk Yaman dari Murod dari kabilah Qoron, ia pernah terkena penyakit albino kemudian sembuh kecuali sebesar ukuran dirham, ia memiliki seorang ibu yang ia berbakti kepada ibunya itu, seandainya ia (berdoa kepada Allah dengan) bersumpah dengan nama Allah maka Allah akan mengabulkan permintaannya. Maka jika engkau mampu untuk agar ia memohonkan ampunan kepada Allah untukmu maka lakukanlah

(HR Muslim 4/1969 no 2542)

■Doa orang-orang miskin/lemah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ.

“Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rezeki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian”.

[Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 2896) dari Sahabat Mush’ab bin Sa’d Radhiyallahu ‘anhu; http://www.almanhaj.or.id/content/2664/slash/0

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّمَا يَنْصُرُ اللهُ هَذَهِ اْلأُمَّةَ بِضَعِيْفِهَا: بِدَعْوَتِهِمْ، وَصَلاَتِهِمْ، وَإِخْلاَصِهِمْ.

“Sesungguhnya Allah menolong ummat ini dengan sebab orang-orang lemah mereka di antara mereka, yaitu dengan doa, shalat, dan keikhlasan mereka”.

[Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh an-Nasâ`i (VI/45) dari Sahabat Mush’ab bin Sa’d Radhiyallahu ‘anhu. Lihat Shahîh Sunan an-Nasâ`i (II/669, no. 2978); http://www.almanhaj.or.id/content/2664/slash/0

●7. Berwudhu (dalam keadaan suci), menghadap kiblat, mengangkat tangan, dan menghadapkan tangannya ke arah langit

Di dalam hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam selesai melakukan perang Hunain : ”Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau”.

(Muttafaq’alaih).

Disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shahiih (dari riwayat Ibn Abbas dan Ibn ‘Umar) bahwa Rasulullah mengangkat tangannya sejajar dengan pundaknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِىٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِى مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“Sesungguhnya Rabb-mu (Allah) Ta’ala adalah maha pemalu lagi maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya (yang berdoa dengan) mengangkat kedua tangannya kepada-Nya kemudian Dia menolaknya dengan hampa“

[Shahiih li ghayrihi, Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1488), at-Tirmidzi (no. 3556), Ibnu Majah (no. 3865) dan Ibnu Hibban (no. 876). Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, Ibnu Hajar dalam “Fathul Baari” (11/147), Ibnul Qayyim dan al-Albani (Mukhtasharul ‘uluw, hal. 75)].

●8. Berdoa dengan suara yang rendah

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian tidaklah berdo’a kepada Rabb yang tuli, tidak pula ghaib, sesungguhnya Dia bersama kalian.”

(HR. Ahmad (dan ini lafazhnya), Muslim, dll.)

dalam riwayat bukhariy:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

“Wahai sekalian manusia, rendahkanlah diri kalian karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan juga bukan Dzat yang jauh. Dia selalu bersama kalian dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Maha suci nama-Nya dan Maha Tinggi kebesaran-Nya”.

(HR. Bukhariy)

Al-Haafizh Ibn Katsir Råhimahullåh berkata,

“Oleh karena itu Alloh berfirman,

وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ

“dengan tidak mengeraskan suara”,

demikianlah ketika berdzikir (hendaknya tidak mengeraskan suara-pen), dan dzikir bukanlah berupa sahutan dan suara yang keras”

(Tafsirul Qur’anil Azhim)

●9. Memperhatikan apa yang didoakannya

Yaitu ia MEMAHAMI apa yang sedang ia pinta. Jangan sampai seseorang meminta sesuatu, sedangkan ia tidak tahu maknanya, sehingga bisa jadi ia malah melaknat dirinya dengan doanya tersebut, atau bisa jadi doa tersebut mengandung unsur-unsur kesyirikan atau kekufuran wallahul musta’aan.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْمُصَلِّيَ يُنَاجِي رَبَّهُ فَلْيَنْظُرْ بِمَا يُنَاجِيْهِ بِهِ وَلاَ يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَي بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ

Sesungguhnya orang yang shalat itu bermunajat kepada Penguasanya, maka hendaklah dia memperhatikan dengan apa yang dimunajatkan kepada-Nya. Dan janganlah sebagian kamu mengeraskan (bacaan) al-Qur’ân atas yang lain.

[Dishahîhkan al-Albâni dalam Shahîhul Jâmi’ no:1951]

Bukankah Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan

(an Nisaa’:43)*

Ayat ini merupakan ayat kedua yang diturunkan Allah berkaitan dengan khamr, yang kemudian Allah menurunkan ayat ketiga sekaligus mengharamkan secara mutlak khamr dalam semua keadaan

Ditafsirkan oleh Ibnu Katsir:

“Ini ungkapan paling baik untuk batasan mabuk, yaitu tidak mengetahui apa yang diucapkannya. karena orang yang sedang mabuk diwaktu shalat, akan mencampuradukkan bacaan, TIDAK MERENUNGKAN BACAANNYA, dan TIDAK KHUSYU’ dalam membacanya”

(Tafsir Ibn Katsir)

Rasulullah juga bersabda:

إِذَا نَعَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَرْقُدْ حَتَّى يَذْهَبَ عَنْهُ النَّوْمُ فَإِنَّهُ إِذَا صَلَّى وَهُوَ يَنْعَسُ لَعَلَّهُ يَذْهَبُ يَسْتَغْفِرُ فَيَسُبُّ نَفْسَهُ

“Jika salah seorang dari kalian mengantuk maka hendaklah ia tidur (terlebih dahulu) sehingga kantuknya hilang, karena jika ia sholat dalam keadaan mengantuk, mungkin dia ingin memohon ampun namun dia malah mencela dirinya sendiri.”

(HR. Ahmad, Bukhariy, Muslim (ini lafazhnya) dll)

Maka jangan sampai kita sebagai orang yang SADAR dan TIDAK NGANTUK malah LEBIH BURUK daripada orang yang mabuk dan ngantuk berat. Yang SAMA SEKALI tidak memahami apa yang kita baca, tidak merenungi apa yang kita baca dan tidak khusyu dalam membacanya…

●10. Sebelum berdoa dimulai dengan memuja-muji Allah dan bershalawat kepada Nabiy

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam ketika meluruskan orang yang tergesa-gesa dalam berdoa (yaitu tanpa memuji Allah dan tanpa bershalawat kepada Rasulullah dalam awal doanya), bersabda:

إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُصَلِّ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ لْيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Apabila salah seorang diantara kalian melakukan shalat maka hendaknya ia memulai dengan memuji Allah kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian berdoa setelah itu dengan doa yang ia kehendaki.”

(HR. Tirmidziy, dan beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahiih)

Contoh-contoh pujian kepada Allah saat berdoa adalah:

Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam dan terdapat seorang laki-laki yang melakukan shalat, kemudian ia berdoa;

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ الْمَنَّانُ بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

ALLAAHUMMA INNII AS-ALUKA BIANNA LAKAL HAMDU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, Al MANNAANU, BADII’US SAMAAWAATI WAL ARDHI, YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM, YAA HAYYU YAA QAYYUUM

(ya Allah, aku memohon kepadaMu bahwa bagiMu segala pujian, tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Pemberi, Pencipta langit dan bumi. Wahai Dzat yang memiliki keagungan, serta kemuliaan, wahai Dzat yang Maha Hidup, lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)).

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

“Sungguh ia telah berdoa kepada Allah dengan namaNya yang agung, yang apabila dipanjatkan doa kepadaNya dengan nama tersebut maka Dia akan mengabulkannya, dan apabila Dia diminta dengan nama tersebut maka Dia akan memberinya.”

[HR. abu dawud, ibnu majah, nasaa-iy, ahmad, dll. (dengan sanad yang shahiih)]

ada seseorang berdoa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

Ya Allah! aku memintaMu, aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tidak ada Ilah lain selainMu, Engkau Maha Esa dan tempat bergantung yang tidak melahirkan, tidak dilahirkan dan tidak ada satu sekutu pun bagiNya.

Nabi Shallallahu’alaihiwasallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditanganNya, ia meminta Allah dengan namaNya yang paling agung yang bila diminta dengannya pasti Ia akan memberi bila diseru dengannya pasti akan dikabulkan.”

(Shahiih, HR. Ahmad, dll. dishahiihkan syaikh al-albaaniy dan syaikh muqbil)

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ

“Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan nama-Nya yang Agung, yang apabila diminta dengan menyebut-Nya, pasti akan di beri dan apabila berdo’a dengan menyebut-Nya pasti akan di kabulkan.”

(HR. Ibnu Maajah, dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih ibni maajah no. 3125)

Rasulullah bersabda:

دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ

“Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah;

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنْ الظَّالِمِينَ

LAA ILAAHA ILLAA ANTA SUBHAANAKA INNII KUNTU MINAZH ZHAALIMIIN (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk diantara orang-orang yang berbuat aniaya).

فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah melainkan Allah kabulkan baginya.”

(HR. At Tirmidziy, dishahiihkan syaikh al-albaaniy dalam shahiih at tirmidziy)

Contoh-contoh shalawat kepada Nabiy

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ النبي الأمي وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Alloohumma sholli ‘alaa Muhammad, an-nabiyyil-ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad

“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad  nabi yang ummi dan kepada keluarga Muhammad”

[HR. Abu Dawud no. 981; hasan]

ATAU

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

Alloohumma sholli ‘alaa Muhammadin wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shollaita ‘alaa aali Ibroohiim, wa baarik ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad kamaa baarokta ‘alaa aali Ibroohiima fil-‘aalamiina innaka hamiidum-majiid

“Ya Allah, berikanlah kebahagiaan kepada Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan kebahagiaan kepada keluarga Ibrahiim. Dan berikanlah barakah kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan barakah kepada keluarga Ibrahiim di seluruh alam. Sesunggunya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia”

[HR. Muslim no. 405].

●11. Berdoa dengan memohon keselamatan (yaitu memohon kebaikan dan memohon dilindungi serta dijauhkan dari segala macam kejelekan)

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

وَمَا سُئِلَ اللَّهُ شَيْئًا يَعْنِي أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يُسْأَلَ الْعَافِيَةَ

“Dan tidak ada sesuatu yang lebih Allah cinta daripada ketika diri-Nya diminta keselamatan.”

[HR. Tirmidziy dengan sanad yang hasan, dihasankan syaikh al-albaaniy dalam shahiihul jaami’
(no. 3409)]

dari Abdul Aziz yaitu lbnu Shuhaib dia berkata; “Pada suatu ketika, Qatadah pernah bertanya kepada Anas; ‘Hai Anas, doa apa yang sering diucapkan Rasulullah? ‘

Anas menjawab;

‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sering membaca doa yang berbunyi:

اللَّهُمّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Allahumma aatinaa fid dunyaa hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa adzaaban naar

‘Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka.’

Perawi hadits ini berkata; ‘Ketika Anas hendak berdoa, maka ia senantiasa membaca doa tersebut. Dan ketika ia hendak membaca doa yang lain, maka ia selalu menyertakan doa tersebut.’

(HR. Muslim)

12. Berdoa dengan doa-doa yang terdapat didalam al qur-aan dan as-sunnah YANG SHAHIIH

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَمَّا بَعْدُ , فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ تَعَالَى , وَخَيْرُ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Amma ba’d. Seseungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah. dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam.

(HR. Muslim)

Namun khusus ketika sujud, maka membaca ayat al qur-aan adalah TERLARANG, sebagaimana dalam sabda beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam:

أَلَا وَإِنِّي نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا

Ketahuilah bahwa aku DILARANG membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud.

(HR Muslim [479])

●13. Berdoa tiga kali atau lebih yang berjumlah ganjil

Anas berkata: “Beliau/Nabi kalau berdoa mengulanginya sebanyak tiga kali.” dan Jabir berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendoakan keberkahan bagi kuda-kuda suku Ahmas beserta pasukannya sebanyak lima kali.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

Berkata Imam Ibnu Hajar: (Berdoa) 3 kali itu ditafsirkan sebagai kebiasaan beliau secara umum. Kejadian ini menunjukkan bahwa kondisinya memang menuntut hal itu yaitu mendoakan mereka lebih dari 3 kali dikarenakan jasa mereka yang sangat besar dalam memberantas kekafiran dan membela Islam.

(Fath al-Bari [7/673] pdf).

●14. Berdoa dengan bertawassul

Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَابْتَغُواْ إِلَيهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُواْ فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diti kepadaNya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu beruntung.”

(Qs.Al-Maidah:35)

Mengenai ayat diatas Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu berkata, ”Makna wasilah dalam ayat tersebut adalah al-qurbah (peribadatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah).”

(Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103)

Para ulama menjelaskan tawassul ada tiga cara untuk melakukan tawassul yang syar’iy:

(1) Bertawassul dengan NAMA-NAMA dan SIFAT-SIFAT ALLAH

(2) Bertawassul dengan amalan shalih,

(3) Bertawassul dengan memintakan doa orang-orang shalih yang masih hidup dan hadir (berada dihadapan kita)

Adapun bertawassul dengan nama-nama dan sifat Allah, dalilnya:

Allah berfirman:

وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا

Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu

(al A’raaf: 180)

Rasulullah berdoa:

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ،

yaa hayyu yaa qåyyuum, bi råhmatika astaghiits

Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan.

أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ

ash-lihliy sya’niy kullah, wa laa takilniy ila nafsiy thårfata ‘ayn

“perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekalipun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).”

[Hasan – Diriwayatkan oleh Al-Haakim (1/545) dan Ibnus-Sunniy (no. 48); dari Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu. Al-Haakim berkata : “Shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim”. Dan disepakati oleh Adz-Dzahabiy. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Naashir dalam Shahih At-Targhiib wat-Tarhiib (1/417/661)]

Adapun bertawassul dengan amalan shalih

Ayat diatas (QS al Maa-idah 35), ditafsirkan oleh Qatadah: ”Mendekatlah kepada Allah dengan mentaati-Nya dan mengerjakan amalan yang di ridhoi-Nya.”

(Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari IV/567 dan Tafsir Ibnu Katsir III/103)

Allah berfirman:

رَّبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ

Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Rabbmu”, MAKA KAMI PUN BERIMAN. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.

(Aali Imraan: 193)

Dalam ayat tersebut Allah memfirmankan doa-doa orang yang beriman, yang dalam doanya mereka bertawassul dengan keimanan mereka, sebelum mereka menyebutkan hajat mereka.

(Lihat penjelasan syaikh Muhammad Jamil Zainu dalam firqatun najiyah)

dalilnya dalam sunnah yaitu hadits tentang tiga orang yang terperangkap dalam gua, yang mereka memohon kepada Allah dengan perantara amal mereka. (Lihat HR. Bukhori: 5517)

Adapun bertawassul dengan perantara orang-orang shalih (yang ia MASIH HIDUP dan BERADA DIHADAPAN KITA)

Yaitu firmanNya:

قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ

Mereka (saudara-saudara yusuf) berkata: “Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)”.

(Yusuf: 97)

Dan juga hadits Ukasyah tentang golongan yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, dimana Ukasyah berkata: Ukasyah berkata; “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku bagian mereka. Lalu beliau mendoakannya, kemudian yang lain berdiri seraya berkata; Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar menjadikanku bersama mereka.” (HR. Bukhariy dan Muslim)

Adapun berdoa DISISI KUBURAN, maka ini BID’AH, karena tidak ada PARA SHAHABAT yang berdoa disisi kuburan nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Adapun PERKATAAN ulama, yang “menganjurkan” hal ini, maka tidak perlu digubris, karena tidak ada dalilnya sama sekali.

Adapun berdoa dengan perantara KEDUDUDKAN NABI, maka inipun BID’AH. hadits-hadits yang mereka jadikan dalil dalam hal ini adalah DHA’IIF.

Adapun berdoa dengan berdoa melalui perantara kepada orang yang sudah mati, maka ini KEBID’AHAN[1. Ketahuilah, dalam hal ini terjadi KHILAF diantara PARA ULAMAA’ ahlus sunnah :

Sebahagian ulamaa’ hanaabilah, berpendapat hal ini termasuk tawassul yang disyari’atkan (tidak bid’ah dan tidak syirik)

apa dalil mereka? qiyas. Mereka mengqiyaskan orang yang masih hidup dengan yang sudah mati. Mereka juga mengqiyaskan Nabi dan orang-orang shalih. Maka dijawab, dua qiyas ini baathil (baca: qiyas ma’al faariq, yaitu menggunakan dua hal yang tidak dapat diperbandingkan.) Dan bahkan termasuk MADZHAB SYAFI’IY (sebagaimana dikatakan ibnu katsiir dalam tafsirnya), adalah TIDAK ADA QIYAS DALAM MASALAH IBADAH.

Para ulamaa’ yang lain, berpendapat bahwa hal ini BID’AH dan SYIRIK (AKBAR).

Kenapa mereka mengatakan hal ini bid’ah?

karena para shahabat dahulu selepas wafatnya nabi, maka tidak diriwayatkan dari mereka yang bertawassul kepada nabi dalam doa-doa mereka. Kalaupun ada riwayatnya, maka ini riwayat-riwayat dengan SANAD YANG LEMAH, atau bahkan ada yang PALSU, atau bahkan ada yang TIDAK ADA SANAD-nya. Bahkan yang shahiih, ‘Umar radhiyallaahu ‘anhu bertawassul kepada AL-ABBAAS (paman nabi) YANG MASIH HIDUP saat itu. Kalaulah bertawassul kepada nabi itu BENAR PEMAHAMANNYA, tentulah ‘Umar akan mendahulukan nabi daripada pamannya! Dan kalaulah para shahabat yang lain berpemahaman demikian, maka tentu mereka akan menyelisihi/mengingkari umar, karena kita lebih berhak mendahulukan nabi daripada selainnya. AKAN TETAPI, tidak ada para shahabat yang berpemahaman demikian, bahkan mereka menyetujui perbuatan umar tersebut!

Kenapa dikatakan Syirik?

Karena perkataaan “mohonkanlah kepada Allah” adalah SERUAN dan SERUAN bermakna “DOA”. barangsiapa yang menyeru/berdoa kepada selain Allah, maka ia telah melakukan kesyirikan.

Pendapat ketiga,
hal ini BID’AH (lihat alasan diatas), TAPI BUKAN SYIRIK (AKBAR). dan inilah yang benar

Alasannya?

Tidak ada satupun perkataan diatas yang bermakna PENYEMBAHAN kepada orang yang sudah wafat tersebut! Adapun perkataan “menyeru” maka kita jawab: sesungguhnya seruan itu UMUM. Ada yang bermakna PENYEMBAHAN, adapula yang bermakna BUKAN PENYEMBAHAN.

Adapun tawassul diatas, maka ini tidak ada bentuk penyembahan didalamnya. Sedangkan yang dimaksudkan oleh ayat diatas adalah seorang menyembah kepada selain Allah, kemudian agar sesuatu/seseorang yang mereka sembah tersebut dapat membantu mereka untuk lebih dekat disisi Allah atau membantu mengangkat derajat mereka disisi Allah. Seakan-akan orang-orang yang mereka sembah itu (meskipun malaikat atau nabi), memiliki hak untuk disembah, padahal tidak. Dan juga mereka mengira, dengan menyembah nabi/malaikat, adalah cara pendekatan diri kepada Allah; padahal tidak. Dan juga mereka mengira, dengan menyembah nabi/malaikat, maka kelak nabi/malaikat akan memberikan syafa’at kepada mereka disisi Allah; padahal tidak demikian.

Tapi perkataan sebagian kaum muslimin yang berkata kepada penghuni kubur: “doakan aku agar Allah (begini dan begitu)” maka ini bukanlah bentuk penyembahan mereka kepada orang shalih tersebut, yaitu dengan maksud beribadah kepada mereka; bukan.

Hal ini adalah KESALAHPAHAMAN mereka, bahwa orang yang mati dari kalangan nabi atau orang shalih, adalah termasuk tawassul yang disyari’atkan. Oleh karenanya hal ini dikatakan sebagai bid’ah karena tidak sesuai dengan pemahaman dan pengamalan Rasuulullaah dan para shahabatnya. Adapun mengatakan bahwa seruan tersebut adalah seruan penyembahan. Maka ini kekeliruan.

Terkecuali, jika mereka memiliki salah satu dari tiga keyakinan berikut:

“Jika amalan ini diiringi keyakinan syafaat syirkiyyah barulah amalan ini berstatus syirik besar pembatal Islam:

Pertama,
seorang yang menjadikan antara dirinya dengan Allah perantara dalam doa dan dia berkeyakinan bahwa Allah itu tidak akan menjawab doa orang yang memanjatkan doa kepada-Nya secara langsung karena harus ada perantara antara Allah dengan makhluk dalam doa.

Kedua,
atau menyakini bahwa Allah itu menjawab doa si perantara karena Allah itu membutuhkan perantara

Ketiga,
atau menyakini bahwa si perantara itu memiliki hak yang wajib Allah tunaikan”

(Mudzakkirah al Aqidah al Islamiyyah hal 70-71; kutip dari ustadzaris)

Terdapat pula keyakinan-keyakinan lain, sehingga menyebabkan amalan ini beralih dari syirik ashghar menjadi syirik akbar. Simak : http://abuzuhriy.com/dapatkah-mayyitpenghuni-kubur-mendengar-dan-mengijabah-permohonan/

Wallaahu a’lam]. Hal seperti tidak diajarkan serta tidak dipraktekkan oleh Rasuulullaah shallallaahu ‘alayhi wa sallam, tidak pula oleh para shahabatnya.

●15. Berdoa dengan dimulai dari diri sendiri sebelum mendoakan orang lain

Allah memfirmankan doa kekasihNya Ibrahim ‘alayhish shalatu was salaam:

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

“Artinya : Wahai Rabb kami, berikanlah ampunan UNTUKKU dan kedua orang tuaku. Dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab”

[Ibrahim : 41]

Dalam ayat diatas Nabi Ibrahim ‘alayhis salaam mendahulukan doa ampunan untuk dirinya kemudian baru kepada orang tuanya. Dalam beberapa hadits shahiih juga Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam terlebih dahulu mendoakan dirinya sebelum mendoakan para shahabatnya yang meminta doa kepadanya.

●16. Tidak berlebih-lebihan dalam berdoa

Dari Abu Nu’amah bahwasanya Abdullah bin Mughaffal Radhiyallahu ‘anhu mendengar anaknya membaca doa : “Ya Allah berilah kami istana putih di sisi kanan Surga”.

Maka dia berkata kepada anaknya : “Wahai anakku mintalah kepada Allah Surga dan berlindunglah kepadaNya dari api Neraka, sebab saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

سَيَكُونُ بَعْدِي قَوْمٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَعْتَدُونَ فِي الدُّعَاءِ وَالطَّهُورِ

‘Akan ada kaum dari umat ini yang sangat berlebihan dalam berdoa dan bersuci’

[Musnad Ahmad 4/87. Sunan Abu Daud, kitab Thaharah bab Israf Fil Ma’ 1/24. Ibnu Majah, kitab Do’a 3/349, Hakim, Al-Mustadrak 1/162. Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Sunan Ibnu Majah 2/331]

Termasuk berlebihan dalam beroda adalah: memohonkan suatu yang mustahil (yaitu agar menjadi nabi), berdoa dengan rinci (seperti contoh diatas), mengeraskan/meninggikan suara.

(an Nubadz hal. 75; fiqhud du’aa’, hal. 135-138; dari Doa dan Wirid Ustadz Yazid)

●17. Tidak bersajak dalam berdoa

Ibnu Abbas pernah berkata kepada `Ikrimah: “Lihatlah sajak dari do`amu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut”.
(HR. Al-Bukhari).

●18. Tidak berdoa untuk memutus silarahmi atau perbuatan dosa

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ

“Doa seseorang senantiasa akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk perbuatan dosa ataupun untuk memutuskan tali silaturahim.”

(HR. Muslim)

●19. Larangan berdoa kejelekan kepada diri sendiri, anak, pembantu, harta

Rasulullah bersabda:

لاَ تَدْعُوْا عَلَى أَنْفُسِكُمْ،

“Janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa dirimu,

وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَوْلاَدِكُمْ،

janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa anak-anakmu,

وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى أَمْوَالِكُمْ،

janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa hartamu,

dalam riwayat abu dawud dengan sanad yang shahiih, ada tambahan

وَلاَ تَدْعُوْا عَلَى خَدَمِكُمْ

janganlah kalian mendoakan keburukan menimpa pembantu-pembantumu

(HR. Abu Dawud)

لاَ تُوَافِقُوْا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءً فَيَسْتَجِيْبَ لَكُمْ.

agar doa kalian tidak bersamaan dengan waktu dikabulkannya doa dari Allah sehingga doa keburukan itu dikabulkan.”

(HR. Muslim)

●20. Rajin berdoa dalam keadaan sempit maupun lapang

Rasulullah bersabda:

تَعَرَّفْ إِلىَ اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ

Kenalilah Allah disaat lapang, niscaya Allah akan mengenalimu disaat sempit.

(HR. Tirmidziy, dikatakan syaikh al-Albaaniy “Shahiih li ghayrihi”)

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَن سَرَّهُ أنْ يَسْتَجِيبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ والْكُرَبِ فَليُكْثِرِ الدُّعَاءَ في الرَّخَاءِ

“Siapa yang ingin dikabulkan doanya ketika sempit dan susah, maka hendaknya ia memperbanyak doa saat dalam keadaan lapang dan senang”.

(HR. at-Tirmidzi no.3382, al-Hakim no. 1997, ia berkata: Sanadnya Shahih, dan Abu Ya’la no. 6396, dan dihasankan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi no. 2693).

●21. Tidak tergesa-gesa  dalam berdoa

Rasullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‎يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“(Do’a) kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, yaitu mengatakan; ‘Aku telah berdo’a, namun tidak kunjung diijabahi.’

(HR. Bukhariy)

●22. Menjauhi seluruh penghalang-penghalang doa.


Semoga bermanfaat

https://abuzuhriy.wordpress.com/2011/05/11/agar-doa-kita-dikabulkan-allah/